BUNGO – Sulit untuk mendapatkan LPG 3kg bukan lagi hal yang mengejutkan bagi masyarakat khususnya di Kabupaten Bungo.
Alasan demi alasan pun bermunculan dengan maksud menepis isu miring yang diduga menjadi penyebab kelangkaan gas bersubsidi yang diprogramkan pemerintah untuk masyarakat ekonomi rendah.
Kelangkaan gas “melon” ini biasanya terjadi di pangkalan yang telah mengantongi izin, sedangkan konsumen bisa lebih mudah mendapatkannya di eceran namun dengan harga yang cukup membuat nafas tersengal.
Yang lebih menariknya lagi, peran pengecer menjadi barisan terdepan penyebab meroketnya harga LPG 3kg ini. Si Mun Seorang pengecer yang berhasil dimintai keterangan dengan gamblang menuturkan keuntungan dari penjualan LPG 3kg.
“kami beli 18 ribu dipangkalan, kami jual 35 ribu, antri dipangkalan dari jam 7 sampe jam 8 pagi”, Tuturnya.
Hakikatnya kelangkaan terjadi saat kebutuhan lebih tinggi dari ketersediaan (stok), dengan demikian pengecer bukanlah penyebab tunggal kelangkaan LPG “melon” terjadi, pengguna dengan jumlah over hampir hilang dari pembahasan.
Isu lain yang terlupakan atau dilupakan adalah banyaknya pedagang rumah makan atau sejenisnya yang masih menggunakan LPG 3kg meski tidak tergolong subsider.
Artinya, Pemerintah Daerah melalui Instansi terkait hendaknya sigap memberikan solusi dengan menertibkan pengguna yang bukan subsider, meskipun ada gerakan pasar murah yang dijadwalkan disetiap kecamatan, namun hal tersebut dianggap belum sanggup menyelesaikan permasalahan karna masih berbasis bisnis sehingga kurang tepat sasaran.(tim)
Komentar