TEBO – Buku Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kabupaten (RIPPARKAB) Tebo tahun 2017 di tolak oleh DPRD Tebo. RIPPARKAB Tebo yang menjadi acuan naskah ilmiah usulan Rencana Peraturan Daerah (Ranperda) untuk menjadi Perda batal dibahas Dewan.
Hal ini ditegaskan oleh Anggota DPRD Tebo, Mahyudin kepada wartawan. Mahyudin mengatakan buku Ripparkab yang disodorkan Bappeda Tebo itu ngawur.
“Tahun 2017 kemarin Bappeda hendak mengusulkan Ranperda terkait pariwisata, saya minta mana naskah ilmiah usulan Ranperda, oleh Bappeda disodorkanlah naskah ilmiahnya yang mereka sebutkan dibuat berdasarkan buku Ripparkab tersebut,”tutur Mahyudin.
Pria yang pernah menjabat sebagai ketua Bappeda Tebo pertama ini mengaku kecewa karena isi naskah ilmiah yang disusun berdasarkan buku tersebut banyak yang ngawur tidak sesuai dengan kondisi yang ada dilapangan.
“Selain itu data dan naskah ilmiah yang diajukan tidak sesuai dengan Rencana Pembangunan Daerah Jangka Menengah (RPJMD) Pemerintah Kabupaten Tebo, saya tanya ke mereka (Bappeda-red) dan mereka tidak bisa menjelaskannya karena mereka mengaku bukan mereka yang menyusun buku tersebut,”terangnya lagi.
Mendapatkan penjelasan seperti itu, Mahyudin menyebutkan bahwa dirinya menanyakan yang menyusun buku tersebut.
“Bappeda menjawab yang menyusun adalah konsultan dari Bandung, dan saya minta mereka untuk menghadirkan penyusun buku untuk bisa menjelaskan dan memperbaiki isi buku yang salah dan kurang tepat tersebut, namun sampai sekarang tampaknya belum juga dilakukan Bappeda,”lanjutnya lagi.
Dijelaskannya lagi untuk membuat Ranperda butuh penyempurnaan. Diantaranya isi buku tersebut harus sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan sebagainya.
Saat ditanyakan kepadanya apakah dalam penyusunan buku tersebut diduga tim ahli atau tim teknik tidak pernah turun kelapangan untuk mengumpul data sehingga mengakibatkan ngawur ya isi buku tersebut, Mahyudin hanya tertawa.
“Siapapun tim ahlinya itu tidak terlalu jadi persoalan. Yang penting Bapedda sebagai leading sektor harus mengerti isi buku tersebut. Ini ditanya malah ndak tahu, “pungkasnya. (ErJe)
Komentar